NusantaraChannel.co – Wakil Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Dr. H. Basri, S.Pd., M.Pd Mewakili PGRI Sulawesi Selatan memberi tanggapan dan laporan terhadap pemandangan umum pengurus PB PGRI pada Konferensi Kerja Nasional III di Jogyakarta, Selasa (22/3/2022).
Dalam tanggapannya, Basri mengemukakan beberapa hal penting terkait guru, kompetensi guru dan saran dari PGRI Sulsel.
“Kita berharap khususnya PGRI Sulsel pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menyentuh tiga aspek. yaitu IQ (Intellectual Quotient) artinya taraf kecerdasan intelektual, EQ atau lebih tepat disebut EI (Emotional Intelligence). Artinya kecerdasan emosi, sedangkan SQ atau lebih tepat disebut SI (Spiritual Intelligence) artinya kecerdasan ruhaniah, supaya menciptakan generasi yang unggul,” ucapnya.
“Selanjutnya, guru dituntut untuk melakukan pembelajaran yang adaptif dan menyenangkan, ini harus dilakukan oleh guru dengan metode mengajar yg variatif tentu dengan pendekatan kekinian. Kita ketahui bahwa kurikulum dari Sabang sampai Merauke itu sama, tentu dituntut guru melakukan adaptasi pembelajaran dengan menggunakan teknologi, juga harus membuat animasi-animasi pengajaran yang menyenangkan bagi siswa. Pengajaran konvensional tidak lagi dapat diterapkan apalagi saat ini kita memasuki era digitalisasi 4.0 dan tahun depan kita memasuki era digitalisasi 5.0, jadi kurikulum yang dikeluarkan oleh Kementerian itu dapat di akses langsung oleh orangtua siswa dan siswa, sehingga guru harus meningkatkan kompetensi di bidang IT agar tidak tertinggal,” ulasnya.
Konferensi Kerja Nasional III PGRI
“Melalui Konferensi Kerja Nasional III di Jogyakarta ini kami memberi dorongan berupa saran itu ada dua, yang pertama, kami dari PGRI Sulsel berharap agar PB. PGRI membuat sistem cluster kegiatan, jadi tidak tersentralisasi di Jakarta saja, tapi membuat desentralisasi dengan sistem cluster. Contohnya cluster Sulawesi yang terdiri dari Sulsel, Sulbar, Sulteng, Sulut, Sultra dan Gorontalo. Demikian pula untuk Cluster Sumatera, cluster Kalimantan maupun cluster Bali dan Papua,” tambah Doktor peraih cumlaude ini.
“Kemudian yang kedua, kami mengusulkan kepada PB. PGRI agar memberikan supporting kepada anggota atau pengurus PGRI yang maju menjadi anggota DPR. Ini sangat perlu dukungan agar kelak ada perwakilan guru di dewan yang dapat memberikan sumbangsih terkait kebijakan-kebijakan pendidikan di Indonesia. Dan Sulsel sejalan dengan apa yang diusulkan oleh PGRI DKI Jakarta,” lanjutnya lagi.
“Nanti setelah terpilih, maka yang bersangkutan dapat mundur dari anggota atau pengurus PGRI. Ini semata untuk menjaga independensi PGRI. Untuk berbicara atau mengurus pendidikan, harus lahir dari rahim guru (PGRI),” tutupnya.
Discussion about this post