NusantaraChannel.co – Meski Jazirah Arab terkenal dengan tradisi perang, namun anehnya Arab tidak memiliki disiplin beladiri tertentu selain gulat. Semua beladiri di Arab, mayoritas adalah beladiri impor dari Asia.
Dilansir dari situs MUHAMMADIYAH.or.id. Selain jalur kerja sama dengan organisasi lokal, dakwah lewat seni budaya dianggap lebih efektif mensyiarkan dakwah Muhammadiyah. Demikian ungkap Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Mesir, Umair Fahmidin.
Dalam program Diasporamu TvMu, Senin (4/4) Umair menyebut cabang seni budaya itu misalnya seni beladiri silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah yang cukup populer bagi masyarakat asli Mesir. Saat ini, kata dia terdapat 2000-an anggota Tapak Suci di seluruh Mesir.
“Antusias orang Mesir dengan pendekatan seni budaya oleh Tapak Suci Putera Muhammadiyah ini sangat mengena sekali karena sekarang siswanya ada 2000 lebih,” tutur Umair.
“Jadi seni budaya itu menjadi salah satu pintu internasionalisasi Muhammadiyah yang diperankan oleh Tapak Suci Mesir dan ini kita juga ingin mengangkat Muhammadiyah melalui seni budayanya ke kancah internasional,” ungkapnya.
Persebaran beladiri asli milik Persyarikatan itu juga tersebar di berbagai kota sebanyak tujuh cabang. Bahkan banyak dari warga Mesir anggota Tapak Suci Putera Muhammadiyah yang telah meraih sabuk biru. Artinya, mereka telah meraih status sebagai kader Persyarikatan.
“Melalui Tapak Suci Putera Muhammadiyah, dengan hadirnya kader-kader orang Mesir asli ini jadi tonggak kesuksesan Muhammadiyah di Mesir. Kita harap lahir lebih banyak lagi kader yang militan sehingga kehadiran Muhammadiyah bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Mesir,” kata Umair.
Selain Tapak Suci Putera Muhammadiyah, PCIM Mesir juga melakukan dakwah seni budaya melalui pembuatan film dokumenter Sang Surya di Negeri Para Nabi yang telah tersedia di Youtube. Film ini membawa semangat terkait jejak perintisan program Internasionalisasi Muhammadiyah. Di samping itu, PCIM Mesir juga tetap menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga terkemuka misalnya lembaga Fatwa Darul Ifta hingga Universitas Al-Azhar.
“Animo masyarakat Mesir terhadap Muhammadiyah bagus sekali dan upaya kita sebagai transformator untuk memperkenalkan Muhammadiyah di antara lembaga-lembaga Mesir dengan PP Muhammadiyah telah terjadi beberapa kali,” terangnya.
Untuk mensukseskan program Internasionalisasi Muhammadiyah baik lewat jalan formal ataupun melalui strategi seni-budaya, generasi muda Muhammadiyah dianggap Umair perlu bergerak proaktif.
“Abad kedua Muhammadiyah ini ada di pundak generasi muda. Mau tidak mau, siap tidak siap harus kita sambut dan kita harus hadir menjawab tantangan-tantangan itu. Dengan semangat Internasionalisasi Muhammadiyah abad kedua ini kita bisa membawa cahaya sang pencerah ke kancah dunia,” (Art)
Discussion about this post