Rumah warga Ambruk saat dipindahkan ke lokasi yang lain, Indo Darma selaku pemilik rumah tersebut, yang terletak di kabupaten Enrekang , Kecamatan Alla, Desa Sudu, Jumat 17 Maret 2023.
” Saat pemindahan rumah Indo Darma awalnya berjalan mulus, dengan kompaknya masyarakat sekitar gotong royong membantu mengangkat rumah dari tempat satu ketempat lainnya, tradisi unik ini memang sering dilakukan di dalam masyarakat Bugis yang ingin berpindah rumah.
Bukan dengan cara mengemasi barang dan menempati tempat baru, mereka justru ‘memindahkan’ bangunan rumah yang sudah ada secara utuh ke lokasi baru.
Keunikan tradisi tersebut dinamakan marakka bola atau mappalette’ bola. Tradisi ini umumnya dilakukan oleh masyarakat Suku Bugis di Sulawesi Selatan.
Tradisi yang telah menjadi Warisan Budaya , yang sangatlah unik.
Rumah tersebut berbahan kayu yang berbentuk rumah panggung. Jika membayangkan nya mustahil tetapi di kalangan masyarakat Bugis tidaklah sulit jika dilakukan secara gotong royong.
Tapi naas pada saat proses pengangkatan Rumah Indo Darma mengalami Insiden Rumahnya Ambruk dikarenakan rumahnya sudah tua dibeberapa sisi sudah mengalami pengeroposan mudah retak, ditambah lagi medannya yang Curam pada saat memindahkan rumah panggung tersebut. Mengalami retakan yang membuat sisi kanan sayap rumah mengalami retak dan patah.

Warga yang mengangkat saat itu berlarian menyelamatkan diri, Dalam musibah ini sejumlah warga mengalami luka ringan. Serta warga disekitar yang menyaksikan insiden tersebut berteriak histeris.
Rumah panggung ini umumnya memiliki tiga tingkatan, yakni dunia atas (botting langi), dunia tengah (ale-kawa), serta dunia bawah (awa bola). Dunia atas berfungsi sebagai tempat menaruh padi hasil panen.
Sementara itu, dunia tengah berisi ruangan layaknya rumah pada umumnya dan digunakan sebagai tempat beraktivitas sehari-hari. Dunia bawah awalnya difungsikan sebagai tempat menaruh hewan dan kendaraan
Sebelum diangkat, di tiang-tiang rumah akan dipasang bambu dengan tinggi sekitar 1,7 meter. Bambu-bambu itulah yang nantinya menjadi penahan rumah dari goncangan sekaligus sebagai pegangan dan landasan bahu ketika mengangkat rumah.
Sebelum mendorong atau mengangkat rumah, pemilik rumah harus mengelurkan barang-barang yang mudah pecah dan mudah bergerak, seperti piring, gelas, dan barang-barang elektronik. Barang-barang berat yang akan merepotkan jika dikeluarkan, seperti lemari dan tempat tidur, tetap dipertahankan di dalam rumah.
Agar tak jatuh ke lantai, barang-barang tersebut dirapatkan ke tiang-tiang rumah dengan cara diikat kuat. Adapun, tradisi ini biasanya dilakukan pada Jumat.
Selain dipercaya sebagai hari baik, saat hari Jumat banyak masyarakat yang berkumpul di masjid untuk beribadah. Saat itulah, mereka diminta untuk membantu mengangkat rumah dengan suka rela.
Tradisi ini dimulai dengan pembacaan doa, pemberian aba-aba sebelum mengangkat, dan diakhiri dengan kegiatan bersantap bersama. Marakka’ bola juga bermakna sebagai bentuk memperkuat solidaritas dan silaturahmi dalam kehidupan bermasyarakat serta menumbuh kembangkan semangat gotong royong.